Selasa, 26 Februari 2013

Sadhana Yabyum Tantrayana --- Alat Yang Dipakai Orang Tertentu Untuk Menyerang Dharmaraja Lian Sheng


 Penulis: Yuwen (育文)

Belakangan ini Dharmaraja Lian Sheng dalam serial Dharmadesana Diktat Hevajra,  terdapat Sadhana Yabyum Anuttara Tantra di dalamnya. Dan ada orang yang memanfaatkan Sadhana Yabyum itu untuk memfitnah Dharmaraja Lian Sheng, mengatakan Ia mengumbar kenikmatan nafsu seksual, dll. Dan juga ada orang dengan tulisan yang panjang lebar, mengatakan tulisan Dharmaraja yang terdahulu melawan Sadhana Yabyum, belakangan ini mendukung Sadhana Yabyum. Depan dan belakang penuh dengan kontradiksi. Benarkah seperti itu keadaannya?  (Keterangan: Bagi yang belum mengenal istilah "Yabyum", kata "Yabyum" adalah Bahasa Tibet, yang dimaksud Sadhana Yabyum adalah Latihan Berpasangan)

Pertama-tama kita memahami, Sadhana Yabyum Anuttara Yoga Tantra Tibet telah ada sejak jaman dahulu kala, dimulai dari Padmasambhava telah ada tatacara ritual dan Silsilahnya. Bukan sesuatu yang ditemukan oleh Dharmaraja Lian Sheng (Keteragan: Bukan dibuat - buat oleh Dharmaraja Lian Sheng). Tidak hanya Tantra Tibet ada Sadhana Yabyum , Ajaran Taoisme kuno Tiongkok pun terdapat Latihan berpasangan yang disebut Metode Pil Naga Macan (龍虎丹法) itulah latihan berpasangan dalam Ajaran Taoisme (Keterangan: Ajaran Taoisme di Tiongkok sangat banyak Aliran, mungkin saat ini dari sekian banyak aliran yang masih ada, yang menekuni Latihan dengan Metode Berpasangan amat sangat langka, namun bukan berarti hal tersebut tidak ada, latihan ini memang termasuk latihan tingkat tinggi dan dapat dikatakan sangat rahasia, jadi sangat sedikit orang yang mengetahui, terlebih memahami metode tersebut). Maka Dharmaraja juga pernah mengatakan, Tantra Dalam dengan Taoisme itu sangat mirip. Hanya saja Ajaran Taoisme lebih tersembunyi, banyak sekali ilmunya yang terbatas dalam pewarisan secara rahasia, orang yang memahami tidak banyak. Dan Guru Leluhur yang berhasil dalam Sadhana Yabyum Anuttara Yoga Tantra, banyak sekali dalam sejarah, dapat ditemukan di mana-mana, dan dapat diketahui bahwa Sadhana Yabyum Anuttara Tantra merupakan salah satu Jalan mencapai ke-Buddha-an. Sadhana Yabyum Tantrayana adalah mencapai ke-Buddha-an melalui transformasi Mahasukha dalam samadhi menjadi kesucian tiada pikiran. Namun Yabyum bukanlah sadhana yang dapat dilatih oleh sadhaka biasa, syaratnya luar biasa ketat, dan sangat berbahaya (Padmasambhava berkata: Mengambil mutiara di mulut ular berbisa), merupakan metode Dharma bagi sadhaka tingkat tinggi.

Sebagian besar Guru Leluhur merahasiakan dan tidak menyebarkan Sadhana Yabyum, sebabnya karena kebanyakan orang (bahkan termasuk sadhaka) tidak mampu memahami, karena tidak memahami, gampang timbul fitnah besar. Dan Dharmaraja Lian Sheng Shengyen Lu mempunyai banyak sekali Dharma, dalam keterbatasan waktu, tidak dapat menunggu lagi untuk ditransmisikan kepada semua makhluk hidup yang berafinitas. Jelas-jelas Ia telah mengetahui akan mengundang fitnah besar  Ia tetap secara terbuka mentransmisikan (Keterangan: maksud dari kata mentransmisikan di sini adalah memberikan penjelasan secara terbuka) Sadhana ini, ini adalah satu lagi wujud dari sumpah besar untuk menyelamatkan makhluk hidup dengan tubuh hancur berkeping-keping. Dharmaraja mewariskan afinitas Dharma ini adalah demi makhluk hidup yang berafinitas memahami Metode Dharma ini, juga kelak untuk murid yang memenuhi syarat untuk melatih Sadhana ini (saya yakin sangat sedikit). Dan yang diuraikan oleh Dharmaraja hanya pengetahuan umum dari Sadhana ini, serius untuk menekuninya tetap harus ada abhiseka, tatacara dan kata-kuncinya. (Keterangan: Setiap Sadhana Anuttara dalam Tantrayana memiliki kunci - kunci rahasia yang tidak mungkin dijelaskan secara terbuka, penjelasan terbuka dari Sebuah Sadhana rahasia, hanyalah penjelasan yang masih bersifat cukup umum, sedangkan kunci - kunci yang sangat rahasia, harus diwariskan oleh seorang Guru kepada muridnya secara 4 mata, bahkan Sang Guru mentransisikannya dengan berbisik ke telinga si murid)

Dalam Dharmadesana dan tulisan-Nya Dharmaraja Lian Sheng berulang kali menekankan: ada Siddhi Satu Tubuh (單修成就) dalam Anuttara Tantra, ada Siddhi Dua Tubuh  (Yabyum / 雙修成就). Dan bagi kedua pihak dalam Sadhana Yabyum dituntut syarat yang sangat tinggi: harus sudah Yukta dengan Yidam Yoga, Siddhi Anasvara, mencapai Sifat Kekosongan, dll. Dan berulang kali mengatakan: anggota Sangha dilarang melatih Sadhana Yabyum (berikut ini harus dipahami merujuk kepada partner spiritual nyata). Bagi para upasaka perumahtangga (tentu saja dengan premis harus sesuai dengan syarat berat sadhana, ada abhiseka) dapat melatihnya dalam kondisi sesuai dengan hukum dan moral. Dan kalau Sadhana Yabyum dilatih serampangan tidak sesuai dengan tatacara, maka bisa tertutup pintu Sorga dan jatuh ke dalam neraka. Coba saya tanya apakah itu disebut mengumbar kenikmatan nafsu seksual?

Dharmaraja sendiri berhasil dalam melatih Sadhana Yabyum, namun dengan mengundang Yidam Prajna Dakini Putih untuk mempraktekkannya. Bukan dengan partner spiritual nyata manusia. Yang juga berarti Dharmaraja tidak melanggar Sila kebiksuan (sebenarnya seringkali adalah mematuhi Sila demi makhluk hidup). Orang-orang yang mempunyai motif tersembunyi, yang sering memanfaatkan soal ‘partner spiritual’ untuk memfitnah Dharmaraja akan dapat mengurungkan niat dan menutup mulutnya. Dharmaraja tidak membutuhkan partner spiritual dunia manusia, belum lagi wanita manusia tertentu yang sangat jauh dari persyaratan partner spiritual nyata, yang sungguh sangat tidak meyakinkan. (Keterangan:  Dalam Anuttara Yoga Tantra, Sadhana Yabyum digolongkan menjadi tiga, yaitu Karma Mudra, Jnana Mudra, dan juga Maha Mudra. Dari  ketiga ini, Karma Mudra adalah Yabyum yang dilatih dengan pasangan spiritual nyata manusia, sedangkan Jnana Mudra dan Maha Mudra  tidak ditekuni dengan pasangan Spiritual nyata manusia. Di Tibet sendiri, para Sadhaka yang melatih Yabyum dengan metode Karma Mudra adalah mereka yang bukan Bhiksu)

Dengan isi yang berulang kali ditekankan oleh Dharmaraja Lian Sheng, apakah para pemfitnah itu bersikap berat sebelah? Ataukah begitu melihat ada Sadhana Yabyum langsung penuh gairah, menimbulkan lamunan tak terbatas, lupa memperhatikan poin penting dari orang yang menjelaskannya? Banyak murid Buddha mengetahui: Selaksa Dharma Bersumber dari Hati. (萬法唯心) Dharmaraja Lian Sheng selalu mengajarkan, hati bersih maka semua yang dilihat bersih. Apakah hatimu sudah bersih? Bukan panji yang bergerak, bukan juga angin yang bergerak, tetapi hatimulah yang bergerak.

Dalam ceramah atau wacana tertentu dari para Guru Leluhur, terkadang ditujukan untuk makhluk hidup pada waktu dan tempat yang khusus, atau hal tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Maka kalau waktu dan jaman yang telah berubah dan orang mengutip di luar konteks, mengesampingkan kondisi waktu dan tempat spesifik di jaman itu dan langsung mewacanakan benar salahnya, sering kali akan terjadi bias, bahkan keliru samasekali.

Tulisan Mahaguru periode awal, saat itu Zhenfo Zong baru dalam tahap perkembangan, pekerjaan Bodhi menyeberangkan makhluk hidup baru dimulai, banyak orang tahu, Zhenfo Zong saat itu berterus terang berbicara mengenai makhluk halus (nyata), terus terang berbicara mengenai abhijna (nyata). Telah menerima banyak sekali serangan dari berbagai Aliran Buddha, tidak sedikit perlawanan. Seandainya juga berterus terang bicara tentang Sadhana Yabyum Anuttara Tantra, dikawatirkan sejak awal Zhenfo Zong telah mati tenggelam oleh banjir air ludah. Menyeberangkan makhluk hidup selain dengan maitri karuna, masih harus ada kebijaksanaan, yang disebut karuna-prajna dipadukan. Ini adalah yang pertama. Ada lagi murid Zhenfo Zong pada waktu itu kemungkinan karena sisi sebab afinitas dan kesempatan belum matang, juga bisa timbul banyak sekali keadaan yang tidak dapat dipahami, ini adalah yang kedua.

Dan lagi, tujuan Mahaguru menulis buku tentang roh adalah demi timbulnya keyakinan dalam hati makhluk hidup, lalu melatih diri dan mencapai keberhasilan. Dan bukan untuk digunakan untuk penelitian akademik, agama bukan ilmu pengetahuan. Buku Dharmaraja mungkin ada isi yang beraneka ragam, mungkin juga karena waktu penulisan buku tidak sama sehingga kelihatan isi yang sedikit kontradiktif. Bahkan dikatakan ‘plagiarisme’ oleh orang-orang tertentu (saya mohon tanya penulis mana yang menulis buku tanpa referensi yang lain?), semua ini tidak penting, yang penting adalah si pembaca buku, setelah timbul keyakinan, telah mulai melatih diri, apakah telah mencapai Pencerahan. Ini barulah alasan dari penulisan buku oleh Mahaguru yang setiap hari masih menulis tanpa henti walaupun umur telah mendekati tujuh puluh tahun.  (Keterangan: Sebagai seorang umat Buddha tentunya kita mengetahui bahwa dalam segala hal, pikiran adalah pelopor dan sebagai praktisi Mahayana perlu diketahui bahwa pikiran seorang makhluk agung yang telah tercerahkan tidak dapat dinalar dengan pikiran awam secara kaku. Seorang yang telah tercerahkan seperti juga Para Maha Siddha di India dan Tibet pada jaman dahulu, saat mereka menunjukkan kekuatan Abhijna mereka, di dalam hati mereka sama sekali tidak ada kesombongan dan hal tersebut bukan dijadikan sebagai ajang pamer kesaktian, di dalam batin makhluk yang tercerahkan sekali pun mereka dapat menampilkan permainan kesaktian yang luar biasa, namun di dalam diri mereka tidak ada lagi ego dan kemelekatan, semua kesaktian yang ditujukan adalah demi insan luas, bukan demi diri mereka sendiri. Di dalam Vinaya Bhiksu ada aturan yang melarang seorang Bhiksu untuk menunjukkan / menceritakan mengenai Kesaktian yang dimilikinya, namun aturan tersebut ditujukan kepada seorang Bhiksu yang sedang dalam proses latihan, agar mereka tidak terbelenggu oleh kesombongan dan kemelekatan pada kesaktian yang dimilikinya, namun Aturan / Sila tidak bisa ditafsirkan secara kaku karena Sila yang ditafsirkan secara kaku hanya akan membelenggu kita, bukan membawa kepada pembebasan. Point utama yang perlu diperhatikan di sini adalah kondisi batin Makhluk yang Tercerahkan berbeda dengan Bhiksu yang sedang dalam proses latihan, makhluk yang tercerahkan di dalam diri mereka sudah tidak ada lagi Ke-aku-an, mereka telah terbebas dari belenggu racun - racun batin dan semua yang dilakukannya adalah demi kebaikan semua makhluk, oleh karena itu tidak dapat diketogorikan sebagai pelanggaran Sila Bhiksu)

Sebenarnya saya juga sangat kagum dengan para pemfitnah itu, usaha yang sungguh tidak mudah. Mereka harus menyiapkan sikap berat sebelah, serangan mengutip di luar konteks yang bagus. Juga perlu menyiapkan kemampuan menulis skenario, pemalsuan fakta yang bagus untuk memfitnah. Namun yang paling penting adalah mereka harus membuang hati nurani mereka, sehingga kedua hal di atas baru dapat dilakukan dengan mudah dan penuh kegirangan.

*Catatan: Kata - kata yang berada di dalam tanda "( )" dan diawali dengan kata "Keterangan:" adalah keterangan yang ditambahkan pada terjemahan Bahasa Indonesia artikel ini untuk memperjelas para pembaca terjemahan artikel ini, sedangakn kata - kata yang berada di dalam tanda "( )" tanpa ada kata "Keterangan:" merupakan penjelasan yang diberikan oleh penulis dalam artikel Bahasa Mandarin.