Saya bersarana kepada Dharmaraja Mahaguru Lian Sheng sudah hampir 20
tahun, asalkan di saat Mahaguru berada di Ling Shen Ching Tze Temple,
Seattle, hampir setiap hari Sabtu, saya
pasti mengendarai mobil dari Vancouver menuju Seattle, mendengarkan dengan
seksama Dharmadesana Mahaguru, menjadi tenaga relawan. Para umat yang hadir
menekuni bhavana bersama-sama, semuanya punya satu tujuan yang sama, yakni
harmonisasi batin, mengikuti Mahaguru meniti jalan penekunan diri.
Yang ternyata, telah dicemari
akan fitnahan oleh Zhang Xiuxia (張秀霞) -
catatan penterjemah : Zhang Xiuxia adalah nama lengkap inisal SHC- , menjadi seseorang
upasika yang bermasalah. Hati saya, diinjak-injak dengan seenaknya olehnya, sungguh
membuat saya bersedih hati.
Berikut di bawah ini adalah klarifikasi saya pribadi.
- SHC menulis di
artikelnya pada bagian pertama, menyinggung minum alcohol dan yang lainnya.
Klarifikasi :
Saya Yu Xian (于仙), saat tersebut walaupun dengan SHC tinggal bersama
dalam satu kamar yang sama, akan tetapi jelas-jelas tidak pernah menerima
sekalipun telepon dari Mahaguru, dan jelas-jelas tidak ada bersama SHC pergi ke
kamar Mahaguru, terlebih-lebih tidak ada kejadian minum alcohol setelahnya….
Tulisan SHC, semuanya bukanlah fakta!
- Artikel lanjutan tulisan
SHC, menyinggung peristiwa ucapan selamat hari ibu.
1. Klarifikasi : Pada
tahun 1995-1996 saya mengurus pekerjaan rumah tangga di kediaman Mahaguru.
Pada saat tersebut, oleh
karena Gurudhara sakit, mengidap penyakit cacar, Mahaguru membutuhkan murid yang
jujur dan dapat dipercaya untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Saya yang pada
dasarnya mempunyai pekerjaan yang sangat baik, sebagai akuntan di kantor firma hukum,
spontan mengundurkan diri dari pekerjaan, dan pergi membantu mengurus pekerjaan
rumah tangga, sepenuh hati melangkahkan kaki pada jalan Bhavana.
Mengapa selanjutnya tidak
dikerjakan lagi? Penyebabnya hanya satu, sangat sederhana, oleh karena kurang
cakap, ceroboh, tidak mampu memenuhi harapan, oleh karena itu tidak lagi
diteruskan.
Di buku karya Mahaguru
berjudul “和大自然交談/Berbincang dengan Alam” pada artikel kera pemalas,
sudah ada jawabannya. Saat itu sdri SHC masih belum datang ke Seattle, mohon
agar anda tidak sembarang menciptakan cerita, membuat seorang upasika yang bersih
apa adanya, dituliskan menjadi punya hubungan khusus dengan Mahaguru, bahkan
dengan niat jahat memfitnah Mahaguru.
2. Klarifikasi : Mahaguru
TIDAK PERNAH masuk sendirian ke dalam
kamar Yu Xian
Masa-masa menjadi pembantu
rumah tangga tersebut, saya tinggal di loteng kamar asrama perempuan Ling Shen Ching Tze Temple, Seattle, menginap bersama-sama seluruh saudari yang menetap disana, kemudian
pindah ke asrama perempuan Rainbow Villa Temple, tinggal satu kamar bersama bhiksuni
Lama Xin Mei, yang untuk sekarang merupakan tempat asrama Bhiksu Lama laki-laki
di Villa. Kami semua tidur diatas lantai, selimut, kantong tidur kesemuanya ditaruh
diatas lantai, saya malas setiap kali bangun tidur merapikan selimut, pakaian
saya semuanya pun ditaruh begitu saja di kursi (karena tidak ada lemari
pakaian), ada sedikit berantakan. Suatu hari, serombongan Acarya, Bhiksu Lama
menemani Mahaguru, datang melihat kamar-kamar asrama apakah terawat higienis,
usai melihat kamar saya dan Bhiksuni Lama Xin Mei yang begitu berantakanlah, Mahaguru
baru menuliskannya di buku tadi.
3. Klarifikasi : Hari Ibu
Mahaguru adalah orang yang
sangat lembut, pada saat hari ibu, bisa didengarkan beliau mengucapkan selamat
hari ibu kepada semua umat perempuan, yang mana tidak lagi dibeda-bedakan
apakah sudah pernah menjadi ibu ataupun belum. Ini merupakan ucapan yang
lumrah, hanya sebuah ucapan selamat untuk suatu hari khusus, akan tetapi secara
kebetulan SHC ada berdiri disamping, yang mengucapkan tidak bermaksud apa-apa
akan tetapi pendengarnya yang mendengarnya lain, lantas dihubung-hubungkan lagi
dengan hubungan khusus antara pria dan wanita.
Sebenarnya, Mahaguru
pernah mengajarkan, hendaknya kepada segenap kaum
laki-laki, dipandangi sebagai ayah ; kepada segenap kaum perempuan, dipandangi
sebagai ibu. Ini merupakan sebentuk pemikiran yang sangat mulia untuk saling
hormat-menghormati tanpa pembedaan, insan yang saling menghormati sesama
sebagai ayah maupun ibu, pada saat bersamaan, juga akan terbangkitkan rasa
welas asih untuk segenap insan, tiada akan pernah berani melukai hati segenap
insan.